Tadi malam saya ngobrol dengan Mba Sukal mengenai masakan kami. Dari hasil obrolan tersebut sampailah saya pada kesimpulan tentang ragam selera masakan berbagai daerah yang berbeda.

Saya berasal dari Banjar. Mama biasa memasak lauk ikan goreng biasa tanpa bumbu macam-macam. Sayur biasanya cuma direbus atau dioseng dengan bumbu bawang merah dan garam saja. Kadang mama memasak masakan yang agak kompleks, tapi kadang-kadang saja. Saya pun terbiasa dengan masakan yang sedikit mengandung rempah-rempah. Namun tetap enak-enak saja dan inilah yang cocok dengan lidah saya.

Saat di Jakarta atau di Padang, saya tidak memilih-milih makanan. Apa pun yang ada biasanya saya santap dengan suka cita. Namun rupanya selera makan saya sebenarnya tidak banyak berubah. Saat di Padang sangat nampak sekali.

Masakan Padang kaya akan bumbu dan rempah-rempah yang biasa disebut sambal. Saya sih tidak memilih lauk sambal apa pun. Tapi biasanya saya hanya makan lauknya dengan sedikit sambal. Dengan kata lain saya hampir tidak memakan sambal yang begitu banyak dihidangkan. Rupanya lidah saya masih lidah orang Banjar.

Selera makan saya pun mempengaruhi cara saya memasak. Jika kamu membaca artikel saya tentang memasak, maka kamu akan mendapatkan bahwa rempah-rempah yang saya gunakan hanya bawang merah dan bawang putih. Hal ini karena saya hanya memasak masakan yang saya suka.

Hal ini sangat berbeda dengan Mba Sukal yang selalu menggunakan rempah-rempah seperti lengkuas, laos, kunyit, dan sebagainya dalam masakannya. Dia adalah orang Pontianak, namun ayahnya orang Padang, sehingga masakannya pun dipengaruhi oleh selera Padang. Katanya, kalau kurang sambal, ayahnya makan sedikit.

Kami pun berandai-andai jika saya menikah dengan orang Padang. Bisa-bisa suami saya tidak makan karena seleranya tidak cocok dengan masakan saya. Kalau begitu jangan menikah dengan orang Padang ya, he he.