Teman Baru
Saat saya dan Mba Sukal sedang memasak di dapur, kadang dia ikut nimbrung dan mengobrol. Karena sudah kenalan, saya biasa aja.
Tidak tahunya dia masuk ke kamar saya dengan santainya dan mulai mengajak ngobrol. Saya sih menanggapinya dengan enjoy aja. Sepertinya dia orang lama di sini. Dia mengerti posisi di dalam kamar saya dulunya bagaimana. Dia juga banyak bercerita tentang dirinya. Sebenarnya dia bicara menggunakan bahasa Minang dengan intonasi yang cepat. Namun entah mengapa saya tidak kesulitan menangkap kata-katanya. Saya pun menikmati pembicaraan kami.
Dia bercerita bahwa dia tidak tamat SMA karena tidak betah. Saya maklum saja. Wong saya juga berhenti kuliah karena tidak sanggup. Dia pernah bekerja di hotel dan banyak memiliki teman bule. Hal ini ia buktikan dengan menunjukkan teman-temannya di facebook dan twitter. Kebetulan waktu itu saya sedang blogging, jadi ada koneksi internet.
Dalam hati saya kagum padanya. Maksudnya saya sekali pun belum pernah bicara pada bule. Dengan kata lain, bahasa Inggris saya tidak teruji. Semoga saya juga bisa seperti dia kelak.
Keesokan harinya, dia datang ke kamar saya lagi dan kami pun kembali ngobrol. Dia menunjukkan foto-foto keluarganya di facebook yang rupanya juga keluarga Taci. Karena penasaran, saya bertanya apa hubungan dia dengan Taci. Dan dia bilang bahwa dia adalah adik Taci. Gubrak, saya tidak menyangka. Padahal hari sebelumnya ketika Azra bertanya apakah Ani keluarga Taci, saya bilang mungkin tidak.
Dia mengaku banyak yang tidak percaya bahwa dia dan Taci adalah saudara kandung. Saya maklum karena ada yang menyebut saya dan adik saya adalah saudara se Adam, artinya orang tersebut tidak percaya bahwa kami adalah saudara.
Jika biasanya saat saya bicara dengan Mba Sukal, saya yang banyak ngomong. Maka saat bersama Ani, dia yang banyak ngomong. Saya lebih banyak menjadi pendengar, namun saya menikmatinya. Rupanya saya cocok dengan keluarga Taci. Jika saya akrab dengan Taci, saya pun akrab dengan adiknya.
0 Komentar