Mencontek Pun Boleh
Wah, penganut paham baru nih, melegalkan mencontek, he he. Ngga juga sih.
Menurut saya mencontek sah-sah saja selama tidak dilarang. Bukankah dalam kehidupan sehari-hari kita sering mencontek atau meniru orang lain. Dan proses pembelajaran dimulai dari meniru. Seorang anak bisa bicara karena meniru suara yang ia dengar dan begitulah seterusnya.
Lalu bagaimana dengan sistem pendidikan yang ada sekarang? Dalam evaluasi pendidikan ada kegiatan yang disebut ujian yang hasilnya berupa nilai. Untuk menilai kinerja masing-masing orang maka keluarlah peraturan Dilarang Mencontek. Maka disinilah hukum asal mencontek yang awalnya boleh berubah haram. Artinya selama tidak ada larangan untuk mencontek ya sah-sah saja. Pernahkan ujian terus gurunya bilang boleh membuka buku. Artinya mencontek di buku boleh dong, karena tidak ada larangan.
Saya memiliki seorang guru fisika sewaktu SMA yang menerapkan sistem pembelajaran yang cukup unik. Beliau tidak pernah mengadakan ulangan harian. Cukup mengerjakan beberapa soal dari LKS sebagai latihan dan dinilai. Dalam pengerjakannya siswa boleh melakukan apa saja yang penting mengumpulkan tugas di buku masing-masing dan benar. Demi memperoleh "benar" ini ada yang berusaha sendiri, lihat contoh di buku, mau pun mencontek punya teman.
Jika ceritanya dipotong sampai di sini, mungkin ada yang berkomentar, lalu bagaimana penilaiannya jika banyak yang mencontek?
Penilaian berdasarkan siapa yang mengumpulkan tugas lebih dulu dengan jawaban benar. Artinya masing-masing siswa akan berusaha sendiri lebih dulu karena belum bisa mengandalkan orang lain. Orang yang merasa mampu akan cepat-cepat mengumpulkan tugas karena ingin memperoleh nilai lebih. Sedangkan teman yang belum bisa tentu tidak bisa memaksa untuk mencontek karena temannya tentu tidak mau sebab ingin segera mengumpulkan tugas. Selain itu, jawabannya sendiri belum tentu benar untuk dicontek.
Setelah beberapa orang mengumpulkan tugas (kira-kira 10 orang), maka Pak Guru pun mulai memeriksa jawaban yang diberikan dimulai dari yang pertama kali mengumpulkan. Jika benar, maka di buku tulisnya akan ditulis angka 1. Pada buku berikutnya jika benar ditulis angka 2, dan seterusnya. Jika ada yang salah, maka beliau akan memanggil siswa tersebut dan menyuruhnya untuk memperbaiki tugas. Jadi, walaupun mengumpulkan tugas pada urutan ke-3, jika jawaban salah harus mengulang sampai benar dan bisa jadi dapat nilai 15 karena didahului oleh teman-teman yang lain. Oleh karena itu, biasanya harus benar-benar yakin dengan jawaban sendiri agar tidak memperoleh urutan yang besar.
Lalu kapan mencontek terjadi?
Biasanya buku yang sudah diperiksa dan benar akan langsung dibagikan. Di sinilah siswa yang sudah buntu dengan pikirannya atau mungkin sudah mencoba beberapa kali namun selalu salah mulai mencontek. Yang dicontek tentu saja yang sudah dinyatakan benar. Yang dicontek tidak perlu merasa keberatan karena punya dia sudah dinilai. Selain itu orang yang mencontek tidak mungkin memperoleh nilai lebih baik dari pada yang dicontek. Mereka biasanya memperoleh urutan dengan angka di atas 20 atau 30, tergantung jumlah siswa.
Setelah semua mengumpulkan tugas dengan benar dan dinilai, maka Pak Guru akan membaca absen. Setiap siswa pun menyebutkan nilai urutan yang diperoleh. Dari sinilah penilaian tersebut bermakna. Siswa yang pemahamannya lebih, cenderung mempunyai nilai urutan rendah antara 1-10. Sedangkan yang pemahamannya kurang biasanya memperoleh nilai lebih besar. Walau begitu tetap ada ilmu yang tersampaikan karena semua mengerjakan sampai benar, semua berusaha dengan caranya masing-masing.
Cara ini juga mempererat hubungan antar siswa. Tidak ada rasa sebal terhadap yang mencontek mau pun orang yang tidak mau mencontekkan. Pada awalnya semua mungkin akan memikirkan diri masing-masing. Namun setelah urusannya selesai, siswa yang lebih pandai akan dengan senang hati mencontekkan tugasnya mau pun mengajar temannya yang kurang mampu.
Kembali pada sistem pendidikan sekarang. Siswa dituntut agar mencapai nilai minimal yang ditentukan. Aturan Dilarang Mencontek ditetapkan. Sedangkan beberapa siswa memiliki kemampuan yang terbatas. Akhirnya demi mencapai target, maka aturan pun dilanggar. Budaya mencontek yang terlarang pun berkembang hingga lahirlah generasi yang tidak jujur.
Lalu siapa yang harus disalahkan?
Tidak perlu mencari siapa yang harus disalahkan. Namun jika memang ada yang salah mari kita sama-sama mencari solusi dan memperbaikinya.
0 Komentar