Memilki nama pasaran ada kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kelebihannya adalah mudah diingat dan boleh dibilang nama tersebut bagus sehingga banyak yang menggunakan. Kekurangannya adalah kadang seseorang harus memastikan lebih jauh tentang orang yang dimaksud dengan nama tersebut agar tidak salah orang.

Sewaktu SD dan MTs saya tidak mengalami kesulitan dengan nama saya Khairunnisa yang cukup pasaran. Begitu masuk SMA di Ponpes Darul Hijrah Puteri, saya bertemu banyak orang dengan nama yang sama walaupun ditambah sedikit variasi. Meski begitu panggilannya adalah sama yaitu "Nisa".

Di pesantren, oleh dikatakan semua barang-barang santriwati adalah serupa sesuai perarutan pondok, seperti pakaian seragam dan lain-lain. Supaya tidak tertukar, kami dianjurkan untuk memberi nama pada barang-barang kami. Cara ini terbilang efektif, tapi masih mengalami kendala pada orang-orang yang memilki panggilan sama.

Beberapa orang memberi inisial khusus pada barangnya sehingga pasti milik dia. Kekurangannya adalah orang yang tidak mengenalnya tidak akan bisa menebak milik siapa diabndingkan barang yang diberi nama dengan jelas.

Saya pun mulai berpikir untuk tetap mencantumkan nama "Nisa" namun dengan tulisan yang unik. Ketika melihat seorang teman menulis namanya dengan paduan angka saya pun mengikuti. Akhirnya saya menuliskan "Nisa" dengan "N-154" hingga sekarang. Saya kemudian memadukannya dengan "khairun" yang ditulis dengan kaligrafi Arab sebagai paraf saya.

Seiring berjalannya waktu, sempat juga bertemu dengan orang lain yang bernama "Nisa" juga. Ia pun terbiasa menulis namanya dengan "N154". Meski begitu hanya saya seorang yang memadukan "Khairun" dan "Nisa" dengan paduan seperti di bawah ini. Jadi jika kamu menemukan gambar berikut, itu adalah saya.

N-154, khairunnisa