Membuat Paspor
Kemarin saya pergi ke kantor imigrasi untuk membuat paspor. Saya kan punya cita-cita ke luar negri dan keliling dunia, apa salahnya siap-siap, he he.
Pagi-pagi saya mempersiapkan dokumen yang diperlukan seperti:
- KTP
- KK (Kartu Keluarga)
- Akte Kelahiran
- Ijazah
Bagi orang-orang tertentu diperlukan pula dokumen seperti
- Buku Nikah bagi yang sudah menikah
- Surat Rekomendasi bagi yang bekerja sebagai pegawai negri atau swasta
- Surat Ganti Nama atau Baptis
Semua difotokopi. Untuk fotokopi KTP tidak perlu dipotong kecil. Dokumen tersebut, yang asli dan fotokopi semua dibawa. Sebelumnya saya singgah ke bank untu mengambil uang sebagai pembayaran pembuatan paspor.
Dari kosan, saya pergi ke pasar raya tempat saya janjian dengan Ani. Saya menunggu dari jam sembilan sampai jam sepuluh. Positif thinking aja rumahnya jauh. Sambil menunggu saya sms dia sekaligus ngenet. Saya juga survey harga baju aja di pasar.
Jam sepuluh lewat Ani tiba. Kami langsung pergi ke tempat angkot. Ini merupakan angkot yang sama dengan angkot menuju Kantor Telkom. Kantor imigrasi lokasinya lebih jauh dari Telkom. Berseberangan dengan Grapari Telkomsel dan kampus AKBP.
Di kantor imigrasi saya membeli map khusus seharga Rp10.000. Di dalamnya terdapat formulir yang harus diisi. Saya sempat bingung saat mengisi nama lengkap saya. Rupanya di Akte Kelahiran dan KK nama saya menggunakan spasi. Sedangkan di KTP dan Ijazah tanpa spasi. Selama ini saya sendiri untuk hal resmi biasanya menggunakan tanpa spasi, namun jika mengisi formulir online yang memerlukan nama belakang biasanya nama saya pakai spasi. Saya pun bertanya pada petugas di sana. Menurut beliau ikuti ijazah saja. Jadi nanti yang dilampirkan adalah ijazah dan bukan Akte Kelahiran. Dan hampir lupa, perlu foto 4x6 2 lembar. Alhamdulillah saya selalu membawa foto.
Setelah mengisi formulir, mengambil nomer antrian. Saya mendapat nomer 48, sedangkan antrian baru sampai 41. Sambil menunggu, kami membaca daftar biaya imigrasi yang ditempel di dinding. Ani mengenalkan saya dengan temannya yang bertugas di bagian visa.
Akhirnya tiba giliran saya. Saya menyerahkan map yang berisi dokumen fotokopian, saya juga diminta memperlihatkan dokumen asli. Petugas bertanya mengapa saya membuat paspor di Padang, padahal saya orang Banjar. Saya bilang saja karena berangkatnya dari Padang. Ia menanyakan status studi saya, saya bilang saya berhenti kuliah, ditanya lagi tentang pekerjaan, saya bilang masih mencari. Sebenarnya di formulir terdapat informasi tentang pekertjaan atau kuliah, namun karena saya tidak memenuhi keduanya maka saya kosongkan. Dia bertanya alasan saya membuat paspor, saya bilang ingin jalan. Mungkin petugas imigrasi berpikir saya orang aneh, perantauan, pengangguran, namun mau jalan-jalan ke luar negeri. Tapi saya tidak ambil pusing.
Saya disuruh duduk kembali. Tidak berapa lama nama saya dipanggil. Saya diberi Tanda Terima Permohonan dan diminta datang lagi hari Rabu untuk wawancara, foto, dan pembayaran. Saya juga diminta untuk membawa kembali dokumen asli. Setelah itu, kami bisa pergi.
Pagi-pagi saya mempersiapkan dokumen yang diperlukan seperti:
- KTP
- KK (Kartu Keluarga)
- Akte Kelahiran
- Ijazah
Bagi orang-orang tertentu diperlukan pula dokumen seperti
- Buku Nikah bagi yang sudah menikah
- Surat Rekomendasi bagi yang bekerja sebagai pegawai negri atau swasta
- Surat Ganti Nama atau Baptis
Semua difotokopi. Untuk fotokopi KTP tidak perlu dipotong kecil. Dokumen tersebut, yang asli dan fotokopi semua dibawa. Sebelumnya saya singgah ke bank untu mengambil uang sebagai pembayaran pembuatan paspor.
Dari kosan, saya pergi ke pasar raya tempat saya janjian dengan Ani. Saya menunggu dari jam sembilan sampai jam sepuluh. Positif thinking aja rumahnya jauh. Sambil menunggu saya sms dia sekaligus ngenet. Saya juga survey harga baju aja di pasar.
Jam sepuluh lewat Ani tiba. Kami langsung pergi ke tempat angkot. Ini merupakan angkot yang sama dengan angkot menuju Kantor Telkom. Kantor imigrasi lokasinya lebih jauh dari Telkom. Berseberangan dengan Grapari Telkomsel dan kampus AKBP.
Di kantor imigrasi saya membeli map khusus seharga Rp10.000. Di dalamnya terdapat formulir yang harus diisi. Saya sempat bingung saat mengisi nama lengkap saya. Rupanya di Akte Kelahiran dan KK nama saya menggunakan spasi. Sedangkan di KTP dan Ijazah tanpa spasi. Selama ini saya sendiri untuk hal resmi biasanya menggunakan tanpa spasi, namun jika mengisi formulir online yang memerlukan nama belakang biasanya nama saya pakai spasi. Saya pun bertanya pada petugas di sana. Menurut beliau ikuti ijazah saja. Jadi nanti yang dilampirkan adalah ijazah dan bukan Akte Kelahiran. Dan hampir lupa, perlu foto 4x6 2 lembar. Alhamdulillah saya selalu membawa foto.
Setelah mengisi formulir, mengambil nomer antrian. Saya mendapat nomer 48, sedangkan antrian baru sampai 41. Sambil menunggu, kami membaca daftar biaya imigrasi yang ditempel di dinding. Ani mengenalkan saya dengan temannya yang bertugas di bagian visa.
Akhirnya tiba giliran saya. Saya menyerahkan map yang berisi dokumen fotokopian, saya juga diminta memperlihatkan dokumen asli. Petugas bertanya mengapa saya membuat paspor di Padang, padahal saya orang Banjar. Saya bilang saja karena berangkatnya dari Padang. Ia menanyakan status studi saya, saya bilang saya berhenti kuliah, ditanya lagi tentang pekerjaan, saya bilang masih mencari. Sebenarnya di formulir terdapat informasi tentang pekertjaan atau kuliah, namun karena saya tidak memenuhi keduanya maka saya kosongkan. Dia bertanya alasan saya membuat paspor, saya bilang ingin jalan. Mungkin petugas imigrasi berpikir saya orang aneh, perantauan, pengangguran, namun mau jalan-jalan ke luar negeri. Tapi saya tidak ambil pusing.
Saya disuruh duduk kembali. Tidak berapa lama nama saya dipanggil. Saya diberi Tanda Terima Permohonan dan diminta datang lagi hari Rabu untuk wawancara, foto, dan pembayaran. Saya juga diminta untuk membawa kembali dokumen asli. Setelah itu, kami bisa pergi.
0 Komentar