Others Story
Inilah beberapa kejadian singkat yang saya alami kemarin.
Saya beli sambal di talago untuk berbuka puasa. Bapak yang jual bertanya kampuang asal saya. Saya jawab Kalimantan. Beliau bertanya sudah berapa tahun di Padang. Saya jawab 3 minggu. Kemudian entah apa yang beliau katakan. Selain tidak jelas juga dalam bahasa Minang. Saya hanya menjawabnya dengan senyuman.
Sehabis rapat sebenarnya saya ingin melanjutkan online, tapi Azra meminjam laptop saya. Saya pun memutuskan untuk tidur. berhubung saya tidur siang cukup lama, saya tidak bisa tidur. Ditambah dengan Mba Sukal yang bermasalah dengan IDM nya. Saya pun membantunya membenarkannya. Ketika saya mengotak-atik laptopnya, Mba Sukal membaca buku berjudul Man Jadda Wajada. Buka tersebut berisi kata-kata mutiara bahasa Arab yang disebut Mahfuzdzat dan sebagian besar telah saya pelajari di pesantren. Saya pun mencoba mengingat-ngingat walau pun banyak lupanya. Kata Mba Sukal, bagaiman mau jadi guru bahasa Arab. Saya bilang semoga saya mengajar bahasa Arab dasar dan bukan mahfudzat.
Akhirnya saya online dan saya ingin bertemu dengan Jake. Saya ingin minta maaf atas kejadian malam sebelumnya di mana saya log out tiba-tiba. Dan ketika saya log in. Ternyata dia juga lagi log in di Ris7. Saya langsung mengajaknya chatting. Mba Sukal bilang saya begitu bahagia bertemu dia. Dia bilang saya menyukai Jake. Saya katakan saya memang menyukainya, tapi hanya sebatas teman, tidak lebih tidak kurang. Mba Sukal bilang saya pernah berkata ingin punya pacar, coba saja tanyakan apakah Jake sudah punya pacar. Saya jawab saya tidak akan pernah mengajukan pertanyaan tersebut pada seorang cowo. Apalagi Jake 7 tahun lebih muda dari pada saya. Walau pun begitu muncul keinginan untuk menanyakan negara asalnya dan tanggal ulang tahunnya. Saya ingat ia mengatakan akan berumur 18 tahun pada bulan ini saat pertama kali kami berkenalan.
Kami bertemu di lobi daemonheim dan pergi dungeonering di lantai 6. Ia masih membimbing saya untuk melakukan apa. Saya tidak punya kesempatan untuk mengajukan pertanyaan apa pun hingga kami membunuh boss lantai 6. Setelah itu ia pun pamit log out. Saya melanjutkan sendiri di lantai 7 namun tak kunjung berhasil membunuh sang boss meskipun telah mati berkali-kali Di sinilah saya menyadari betapa pentingnya kerja sama tim. Saya pun log out sebelum sempat membunuh sang boss.
Saya beli sambal di talago untuk berbuka puasa. Bapak yang jual bertanya kampuang asal saya. Saya jawab Kalimantan. Beliau bertanya sudah berapa tahun di Padang. Saya jawab 3 minggu. Kemudian entah apa yang beliau katakan. Selain tidak jelas juga dalam bahasa Minang. Saya hanya menjawabnya dengan senyuman.
Sehabis rapat sebenarnya saya ingin melanjutkan online, tapi Azra meminjam laptop saya. Saya pun memutuskan untuk tidur. berhubung saya tidur siang cukup lama, saya tidak bisa tidur. Ditambah dengan Mba Sukal yang bermasalah dengan IDM nya. Saya pun membantunya membenarkannya. Ketika saya mengotak-atik laptopnya, Mba Sukal membaca buku berjudul Man Jadda Wajada. Buka tersebut berisi kata-kata mutiara bahasa Arab yang disebut Mahfuzdzat dan sebagian besar telah saya pelajari di pesantren. Saya pun mencoba mengingat-ngingat walau pun banyak lupanya. Kata Mba Sukal, bagaiman mau jadi guru bahasa Arab. Saya bilang semoga saya mengajar bahasa Arab dasar dan bukan mahfudzat.
Akhirnya saya online dan saya ingin bertemu dengan Jake. Saya ingin minta maaf atas kejadian malam sebelumnya di mana saya log out tiba-tiba. Dan ketika saya log in. Ternyata dia juga lagi log in di Ris7. Saya langsung mengajaknya chatting. Mba Sukal bilang saya begitu bahagia bertemu dia. Dia bilang saya menyukai Jake. Saya katakan saya memang menyukainya, tapi hanya sebatas teman, tidak lebih tidak kurang. Mba Sukal bilang saya pernah berkata ingin punya pacar, coba saja tanyakan apakah Jake sudah punya pacar. Saya jawab saya tidak akan pernah mengajukan pertanyaan tersebut pada seorang cowo. Apalagi Jake 7 tahun lebih muda dari pada saya. Walau pun begitu muncul keinginan untuk menanyakan negara asalnya dan tanggal ulang tahunnya. Saya ingat ia mengatakan akan berumur 18 tahun pada bulan ini saat pertama kali kami berkenalan.
Kami bertemu di lobi daemonheim dan pergi dungeonering di lantai 6. Ia masih membimbing saya untuk melakukan apa. Saya tidak punya kesempatan untuk mengajukan pertanyaan apa pun hingga kami membunuh boss lantai 6. Setelah itu ia pun pamit log out. Saya melanjutkan sendiri di lantai 7 namun tak kunjung berhasil membunuh sang boss meskipun telah mati berkali-kali Di sinilah saya menyadari betapa pentingnya kerja sama tim. Saya pun log out sebelum sempat membunuh sang boss.
0 Komentar