Tinjauan Pustaka Membatasi Kreativitas Penelitian
Tulisan ini lahir dari karena adanya pembicaraan antara saya dengan Taci dan Mba Sukal dan ide ini pertama kali dilontarkan oleh Taci.
Waktu itu kami sedang ngobrol kesana kemari tentang banyaknya aksi copy paste (copas) di dunia maya (internet) dan dunia nyata seperti dunia pendidikan. Bagaimana sistem penulisan sumber yang benar pada artikel dan tinjauan pustaka, hingga meluncurlah pemikiran ini.
Dalam melakukan penulisan karya ilmiah baik berupa skripsi, tesis, jurnal, dan sebagainya, selalu ada bagian yang namanya Tinjauan Pustaka. Tinjauan pustaka berisi materi yang berasal dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan hal yang ingin diteliti. Dalam menentukan hipotesis biasanya berhubungan dengan tinjauan pustaka. Untuk menentukan hasil penelitian apakah bisa diterima atau tidak pun dengan perhitungan tertentu yang juga memiliki keterkaitan dengan tinjauan pustaka (silakan dikoreksi jika salah).
Ilmu pengetahuan begitu luas. Ada banyak hal yang belum ditemukan dan belum digali. Ada kalanya ketika ingin menghasilkan suatu karya tulis seseorang kesulitan dalam mencari tinjauan pustaka karena memang yang ingin diteliti adalah sesuatu yang baru. Kadang kala hal ini menyurutkan semangat peneliti untuk menulis, apalagi jika tujuannya meneliti hanya sebagai kewajiban dalam melaksanakan tugas tertentu, lebih baik meneliti yang sudah banyak tinjauan pustakanya.
Bisa juga terjadi hasil suatu penelitian tidak diterima karena tidak sesuai dengan tinjauan pustaka, hal ini masih sewajarnya menurut saya jika memang tinjauan pustakanya berisi banyak penelitian orang lain yang ternyata hasilnya misalnya adalah A namun punya dia hasilnya B. Mungkin ada kesalahan dalam penelitian dia. Namun jangan sampai suatu penelitian tidak diterima hanya karena keterbatasan tinjauan pustaka yang memang belum ada.
Mari kita menengok para penemu terkenal zaman dulu seperti Mendel. Apakah ia harus belajar dari orang lain untuk menghasilkan sebuah penemuan besar? Apakah ia memerlukan tinjauan pustaka? Jawabannya adalah tidak. Semua berawal dari pertanyaan yang menimbulkan rasa penasaran dan keingintahuan. Dia melakukan banyak percobaan menurut pemikiran dia sendiri dan akhirnya lahirlah Hukum Mendel yang terkenal itu.
Saya tidak menyalahkan tata cara pembuatan karya tulis yang mengharuskan adanya tinjauan pustaka yang lengkap. Saya yakin para pakar ilmu pengetahuan memiliki alasan sendiri dalam menetapkan kriteria karya tulis. Yang ingin saya tekankan disini adalah jangan biarkan tinjauan pustaka membatasi kreativitas penelitian. Jika Anda memiliki ide yang baru, penasaran, ingin tahu, carilah jawabannya dari penelitian orang lain lebih dulu. Jika belum ada jangan berhenti sampai disitu. Di sinilah peran Anda untuk menemukan hal-hal baru. Lakukan saja walau banyak trial dan error. Alva Edison melakukan banyak kesalahan dalam percobaannya sebelum berhasil. Jadi jangan menyerah hanya karena sepuluh kali gagal.
Mari kita bangkitkan ilmu pengetahuan dengan penemuan baru. Dan pesan sponsor, perangi copas dan plagiat.
0 Komentar