Hari ini kaka saya, Maulidah, datang dari rumahnya di Tanjung. Ia membawa anaknya Fasa yang baru berumur 2 tahun 5 bulan.

Fasa adalah anak yang aktif sesuai umurnya. Namun ada satu masalah yang menjadi perhatian saya. Dia belum bisa bicara. Hanya bisa mengucapkan kata-kata tertentu namun tidak jelas. Jika menginginkan sesuatu kadang dia berkata, ya, ya.

Jika diperhatikan dengan seksama kemampuannya yang lain cukup bagus. Dia bergerak dengan lincah. Mengerti ketika diomeli. Tahu menonton TV. Mengenali anggota badan. Bisa membedakan gambar dan tulisan. Dia bisa mengenali tulisan yang sama. Tapi, dia tidak bicara.

Jika diperhatikan lagi, mungkin dia tidak mau bicara atau mencoba bicara. Jika senang, dia akan tersenyum. Jika marah, dia nangis dan mengamuk. Jika penasaran, dia akan meneliti benda itu sendiri. Dia tidak tertarik dengan orang lain.

Saat di rumah, dia biasa bermain sendiri saat kakak saya di dapur. Jika menginginkan sesuatu Fasa akan mendatangi kakak saya, menariknya, dan kakak saya mengerti maksud Fasa.
Dia bukan tipe anak yang takut terhadap orang baru, tapi tidak peduli. Saat saya ajak bicara, dia tidak mengacuhkan saya sama sekali. Saat berada di tempat ramai, dia sangat senang berjalan sendiri, mengeksplor, dan tidak peduli terhadap orang lain. Kami berpikir, keterlambatan bicaranya karena pengaruh kurangnya keinginannya untuk bicara. Padahal anggota keluarga yang lain sering mengajaknya berbicara.

Saya mencoba mencari grafik perkembangan anak. Dan perkembangannya memang terlambat dibandingkan anak lain.

Baca Juga Download Grafik Denver II, Perkembangan Anak, Bahasa Indonesia

Saat saya tanyakan pada kakak kelas yang sudah jadi dokter umum, dia menganjurkan untuk konsul ke dokter anak. Sebenarnya saya juga berpikir sebaiknya begitu. Tapi ini kembali pada kakak saya dan suaminya.