Review Season of The Witch
Review Season of The Witch. Bosan dengan kegiatan blogging dan belajar HTML, saya memutuskan untuk menonton film. Tapi bukan berarti saya pergi ke bioskop. Cukup mengambil hardisc eksternal dan memilih film yang belum pernah saya tonton. Film-film ini saya dapatkan dari beberapa teman saya namun belum sempat ditonton karena kesibukan lain atau malas.
Setelah memilih-milih, akhirnya saya memutuskan menonton Season of The Witch. Saya tidak familiar dengan pemain barat dan juga tidak memperhatikan nama-nama mereka di awal film. Jadi maaf saja jika tidak saya sebutkan disini. Ini hanya sinopsis kasar berdasarkan apa yang saya tangkap.
Cerita ini diawali dengan beberapa orang wanita yang dituduh penyihir oleh gereja. Mereka dipaksa mengakui kesalahan untuk mendapatkan pengampunan. Namun meskipun salah satunya mengaku, mereka semua tetap dihukum gantung dengan dilemparkan ke arah sungai. Dan ketika salah seorang pendeta yang tersisa membacakan doa untuk mereka, seorang dari wanita itu berubah jadi iblis dan membunuhnya.
Adegan beralih pada pemeran utama dari film ini. Dengan latar belakang perang salib, diceritakanlah dua orang pejuang yang gagah berani. Perang berkecamuk dengan semangat yang dikobarkan oleh seorang pendeta. Tentang pengampunan yang akan diperoleh para pejuang dan bahwa musuh mereka pantas mati.
Musim demi musim terus berlalu, hingga mereka sampai pada sebuah kota. Mereka menerobos masuk dan membunuh penduduknya. Hingga pemeran utama yang bernama Behmen tersadar, ketika pedang tajamnya menusuk seorang wanita hingga mati. Dan ketika ia menoleh ke sekitar, tidak hanya mayat laki-laki, namun mayat anak-anak dan wanita bergelimpangan di mana-mana.
Jiwa Behmen memberontak. Ia mengajukan protes terhadap pendeta, namun pendeta mengatakan Behmen tidak punya hak untuk bicara, kewajibannya hanya berperang. Behmen tidak terima dan memutuskan untuk meninggalkan perang. Ia dan seorang temannya pun pergi meninggalkan barisan meskipun sudah dihalangi.
Dalam perjalannya akhirnya mereka bertemu dengan sebuah kota yang diserang wabah. Beberapa orang sudah meninggal karena wabah tersebut. Saat identitas mereka sebagai kesatria yang lari dari perang ketahuan, pendeta memberikan dispensasi agar mereka mau mengantar seorang gadis yang diduga penyihir penyebab wabah ke sebuah kota (saya lupa namanya)
Walau pun awalnya menolak, akhirnya mereka bersedia. Perjalanan yang awalnya terdiri dari 6 orang ditambah gadis tersebut menyisakan 4 orang ditambah gadis tersebut. Banyak yang terjadi selama perjalanan yang menunjukkan bahwa gadis itu bukan gadis biasa.
Dan seperti yang diharapkan, wabah berakhir diakhir cerita, walaupun ada lebih banyak pengorbanan yang harus diberikan.
My Opinion
Sebagai cerita fiksi, saya tidak banyak komentar tentan wabah yang disebabkan oleh penyihir atau iblis. Saya hanya ingin memberi sedikit pendapat tentang latar perang salib yang diangkat.
Saya memang tidak tahu banyak tentang perang salib. Namun saya percaya bahwa cara yang digunakan oleh kristiani untuk merekrut ribuan prajurit adalah janji pengampunan dosa. Sebesar apa pun yang dilakukan, akan diampuni dengan mengikuti perang salib. Sebenarnya itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima lewat akal menurutku, tentu saja sebagai orang yang non kristen.
Hal ini pun jadi kelemahan Behmen yang sempat disinggung oleh sang penyihir. Sambil mengulang kata-kata pendeta saat mengobarkan semangat dalam peperangan, ia berkata pengampunan dosa hanyalah omong kosong.
Poin lain yang menjadi perhatian saya adalah perilaku para prajurit perang salib dalam peperangan. Selama orang tersebut bukan kristiani, mereka boleh atau mungkin harus dibunuh, termasuk wanita dan anak-anak. Sangat berbeda dengan pasukan muslim yang melarang menyakiti wanita dan anak-anak.
Namun diantara para prajurit salib, masih ada yang memiliki hati nurani. Termasuk Behmen yang meninggalkan perang karena tidak setuju dengan perilaku tersebut.
0 Komentar