Bukan Nilaimu Nak, Tapi Kejujuranmu
Sebagai seorang guru tentu hal yang paling menyenangkan bagi saya adalah ketika siswa mengerti apa yang saya ajarkan. Salah satu tanda bahwa siswa mengerti adalah dengan bisa menjawab pertanyaan, atau nilainya tinggi saat ujian.
Lalu bagaimana jika nilai siswanya jelek?
Apakah sebagai guru harus marah atau sedih?
Ayah saya yang juga seorang guru pernah berkata. Tugas guru hanyalah mendidik dan mengajar sesuai kemampuannya. Tugas murid adalah belajar dan berusaha semampunya. Sedangkan ilmu adalah milik Allah. Dia lah yang memutuskan kepada siapa ilmu tersebut akan diberikan.
Maka janganlah bersedih jika ada siswa yang belum mengerti. Berarti Allah belum menganugerahkan ilmu tersebut kepadanya. Bisa jadi besok lusa atau di masa depan dia akan mengerti. Tugas guru hanya menyampaikan.
Saya selalu mengingat kata-kata Ayah saya tersebut. Oleh karenanya saya tidak pernah marah atau sedih dengan nilai siswa yang jelek.
Siswa juga manusia. Berbagai macam watak dan kemampuannya. Tugas saya hanya terus mendidik tanpa berputus asa.
Tapi ada satu hal yang lebih mengecewakan dari pada nilai jelek bagi saya. Yaitu saat seorang siswa tidak jujur saat menjawab soal ujian, yaitu dengan membawa contekan.
Rasanya dada ini sesak. Saya merasa telah gagal sebagai seorang guru.
"Wahai anakku, ibu berharap kamu mengerti pelajaran ini, bukan sekedar memperoleh nilai tinggi. Nilai tinggi bisa dimanipulasi, tapi pemahaman adalah hal yang berbeda.
Sangatlah mudah bagiku memberikan nilai tinggi jika itu yang kamu inginkan. Tapi kejujuran tidak dijual dimanapun nak.
Jika dalam perkara kecil ini saja kamu melakukan kecurangan. Bagaimana nanti jika engkau besar kelak.
Karena ibu tak bisa marah, maka ibu tak akan marah. Tapi ingatlah selalu pesan ibu. Kejujuran lebih berharga dari pada berlian."
0 Komentar