Banjir Bukanlah Kebiasaan
Tapi banjir tahun ini berbeda.
Banjir terparah yang pernah kami alami terjadi pada tahun 2006. Meskipun saat itu saya berada di luar kalimantan, namun kisahnya akan selalu kami ingat. Rumah kami yang tidak pernah kemasukan air meski sering banjir, tahun itu rumah kami juga ikut terendam. Sehingga banjir 2006 selalu menjadi pembanding bagi banjir selanjutnya.
Tapi tetap saja banjir tahun ini berbeda.
Sejak 27 Desember, air sudah masuk dan menggenangi halaman. Perlahan air mulai meninggi dan masuk ke bagian dapur yang lebih rendah. Dalam beberapa hari air mulai surut. Tapi setelah hujan air kembali naik lagi. Jika biasanya air surut dalam beberapa hari, kali ini setelah 2 minggu, air baru terlihat mulai surut pada tanggal 9 Januari.
Rupanya langit berkata lain. Hari minggu hujan lebat. Debit air kembali naik dan terus naik. Air mulai menggenangi rumah, sebetis, selutut, hingga sepaha di dalam rumah. Jangan tanya jika di halaman, sudah sedada tingginya. Tanggal 14 Januari, rumah-rumah lain yang tak pernah terendam air, kini ikut terendam.
Maka banjir 2006 yang merupakan banjir terbesar yang pernah kami alami, terlampaui oleh banjir kali ini.
Di satu sisi, saya masih bisa bersyukur. Ketika mama memutuskan untuk membangun rumah baru pada tahun 2017. Berdasarkan pengalaman banjir tahun 2006, kami membangun rumah dengan tonggak yang tinggi. Tak banyak pikiran waktu itu. Hanya saja, karena mama ingin bikin rumah, jadi sekalian saja.
Maka tahun ini, rumah baru kami termasuk rumah yang selamat dari banjir. Sedangkan rumah lama yang berada di samping, ketinggian air sudah hampir mencapai jendela. Para tetangga yang kebanjiran, banyak yang mengungsi. Karena saya tak bisa membantu banyak, hanya bisa menawarkan rumah saya untuk bernaung bagi beberapa tetangga.
Saat melihat rumah lama, saya hanya bisa bersyukur. Jika waktu itu, mama tidak ada keinginan untuk membuat rumah baru, namun menggunakan uang warisan abah untuk hal lain, mungkin saat ini kami pun termasuk orang yang mengungsi.
Saat ini, kami pun tidak bisa bepergian jauh. Beberapa jalan utama terendam banjir. Jangan tanya jalan alternatif, karena di sana sudah terendam lebih dalam lagi.
Saat ini, hujan masih turun. Semoga hujan segera reda dan air segera turut. Semoga kita semua diberi keselamatan dalam musibah ini. Aamiin.
5 Komentar
Nisaaa.... jaga diri yah....semoga banjirnya cepat surut. Ini toh yang bikin dikau galau.. waduh hati-hati yah....
BalasHapusSaya ga bisa bantu banyak cuma berdoa saja . Soalnya tahun kemarin pun, walau tidak sebesar yang Nisa alami sekarang, saya juga sempat kebanjiran karena kali di tengah perumahan saya luber.. Hasilnya berantakan dah rumah gara-gara saya kebtulan tidak di rumah... ampuuun...
Hati hati dengan listrik dan sebagainya yah... penting untuk diperhatikan tuh...
Take care ya Nisa..
Aamiin. Terima kasih, Pak, atas doanya. Sekarang hujan sudah reda. Tapi air masih setinggi dada seperti gambar di atas. Semoga air segera surut.
HapusSemoga banjirnya segera surut yaa mbak. Ini adalah duka untuk kita semua..
BalasHapusAlhamdulillah, airnya sudah surut. Meski sekarang sempat naik lagi, tapi ngga separah kemarin.
Hapusmemang banjir bukan kebiasaan mbak, mungkin lebih tepat di sebut entah musibah atau ujian, ataupun bencana saja, hehehe.
BalasHapus