Saya mempunyai kamera digital merk Nikon yang dibeli sekitar bulan November lalu. Harganya Rp1.500.000 dengan memori 2 Gb. Saya sadar kamera tersebut mulai error bulan Februari. Saat pindah ke Padang, saya membawa kamera serta chargenya. Namun surat-suratnya saya tinggalkan karena saya pikir tidak bisa digunakan di sana.

Kamera ini tidak bisa dihidupkan walau sudah dicharge. Harus melepas baterai dan memasangnya kembali baru kamera hidup. Setelah mengambil beberapa foto, tombol untuk review jadi tidak berfungsi. Ada kalanya saat mereview foto, tombol untuk mengaktifkan kamera juga tidak bergungsi. Jika sudah dimatikan, tidak bisa dihidupkan kembali.

Taci membawa kamera saya ke tukang servis kamera. Biaya servis totalnya Rp350.000. Menurut yang servis, kamera tersebut sering terbentur. Mungkin karena selama ini saya menaruhnya di dalam tas dan tasnya sering dibawa kemana-mana. Beliau juga menganjurkan untuk tidak meminjamkannya kepada siapa-siapa. Kamera zaman sekarang lebih rapuh dari pada zaman dulu. Saya beruntung masih ada suku cadangnya, ada kalanya kamera yang rusak suku cadangnya sudah tidak tersedia sehingga tidak bisa diperbaiki. Saya teringat pernyataan Horge tentang politik ekonomi yang dijalankan terhadap produk sekarang. Di mana setiap produk sudah diatur agar rusak setelah sekian waktu sehingga barang yang diproduksi terus laku.