Belajar Naik Motor Matic, Jangan Dengarkan Orang. Setelah kemarin, saya istirahat dari belajar naik motor, hari ini saya kembali belajar naik motor matic. Jalur yang di tempuh hari ini melewati Sungai Alat, Kaliukan, Loggabang, Limamar, Kelampaian Ilir, Kelampaian Ulu, Akar Begantung, Akar Baru dan Kampung Melayu.

Saat pembelajaran sebelumnya, saya kesulitan saat menghentikan motor, selalu tiba-tiba yang mendorong tubuh saya ke depan. Saya pun jadi tidak bisa menyangga motor dengan benar. Maka tujuan pembelajaran hari ini adalah pandai menghentikan motor.

Di pemberhentian pertama, saya refleks menurunkan kaki kanan lebih dulu karena lupa berpikir. Padahal abah menganjurkan untuk menurunkan kaki kiri lebih dulu karena berada di kiri jalan, agar jika condong juga ke kiri. Dan hasilnya baik-baik saja. Saya pun berpikir untuk mengulanginya lagi.

Setelah beberapa kali mencoba, ternyata itulah cara saya.

Saya teringat hari pertama belajar motor. Waktu itu tidak ada petunjuk sama sekali dari abah. Hanya pernyataan coba naik motor ini dari sini sampai sana. Dan semua lancar.

Masalah justru muncul ketika cara-cara mengendarai motor keluar dari mulut abah dan saya coba mempraktekkannya. Hasilnya satu kali jatuh dan pemberhentian yang tidak lancar. Setelah mengalami berbagai kesalahan, saya pun menarik kesimpulan, gaya naik motor kami berbeda.

Saya memiliki kebiasaan menopang badan dengan kaki kiri, kaki kanan bebas mengayun. Mungkin berbeda dengan kebanyak orang yang meloncat dengan sebelah kaki kanan. Dan hal ini mempengaruhi gaya bersepeda maupun naik motor saya. Saat disuruh melakukan sebaliknya, saya mengalami kesulitan.

Saat hari pertama belajar naik motor, saya melakukan apa yang nyaman menurut saya dan semua berjalan mulus. Namun saat seseorang yang lebih ahli mengatakan cara saya salah, saya menjadi gugup. Mencoba benar namun justru melakukan lebih banyak kesalahan.

Bukan berarti saya mengatakan jangan dengarkan petunjuk orang lain, tapi timbang dulu sebelum ambil mentah-mentah. Tentu saja saya mempraktekkan membunyikan klakson dan menyalakan lempu leting seperti yang diajarkan abah.

Hal ini berlaku untuk belajar apa pun. Kadang kita ingin melakukan sama persis dengan cara yang dilakukan seorang ahli. Kita dengarkan dan ikuti semua yang dia katakan. Tidak salah memang jika kita bisa melakukan sebaik mereka. Tapi kenyataannya, tidak ada manusia yang sama. Semua punya gaya masing-masing. Jika memang cara tersebut tidak cocok denganmu, kenapa dipaksakan. Temukan gayamu sendiri.

Hal lain yang membuat saya gugup adalah ditegur saat melakukan kesalahan. Kadang saya mengendarai motor terlalu ke pinggir, terlalu ke tengah, hampir bersenggolan, terlalu ngebut, dan macam-macam. Saya percaya tujuannya baik. Namun suara dan gaya bicara abah yang keras malah membuat nyali saya ciut. Saya jadi takut mengambil keputusan sendiri, takut disalahkan.

Mungkin saya harus lebih bisa menata perasaan saat ditegur. Intinya jangan diambil hati. Ambil baiknya, sisanya anggap angin lalu. Jangan takut melakukan kesalahan. Tapi takutlah jika tidak melakukan apa-apa. Karena jika tidak melakukan apa-apa maka tidak akan memperoleh pembelajaran sama sekali.

Oh ya, dengan menulis ini, bukan berarti belajar naik motor matic hari ini mulus. Kenyataannya saya kembali jatuh. Di jalan yang agak sempit, ada yang menjemur padi di depan saya. Dari arah berlawanan datang sebuah mobil. Saya bingung dan mencoba memelankan motor. Namun nampaknya kami akan berselisih di dekat jemuran padi tersebut. Saya pun mencoba menghentikan motor. Motor berhenti, namun saya tidak cukup kuat menyangganya. Saya pun jatuh ke kiri dengan gerak lambat.

Alhamdulillah baik abah mau pun saya tidak ada yang cedera, kan gerak lambat, tapi tetap saja jatuh. Mobil yang berselisihan dengan kami langsung berhenti dan supirnya keluar. Dan ternyata dia adalah mantri yang mengendarai mobil puskesmas. Siap diangkut nih.


Belajar Naik Motor Matic, Jangan Dengarkan Orang

Supaya tidak malu, saya langsung bilang, tidak apa-apa, sedang belajar. Abah mendirikan motor dan mengambil alih. Kami pun pulang dengan abah di depan sampai rumah.