Panggung Gembira di Ponpes Darul Hijrah Putera. Malam Kamis kemarin, saya bersama pengajar Darul Hijrah Puteri yang lain pergi ke Pondok Putera sehabis Isya untuk menonton Panggung Gembira (PG). Semula saya tidak ada niat sama sekali untuk menonton acara yang dipanitiai oleh santri kelas 6 tersebut. Tapi begitu melihat teman-teman Imeh yang begitu rame datang ke Puteri untuk bersama-sama pergi ke sana ditambah pertanyaan Selvi, saya ikut apa ngga, saya mulai berpikir kembali.

Ok, saya memang tidak tertarik dengan Putera. Tapi bukan berarti saya harus mengurung diri sendiri di kamar saat yang lain pergi. Saya pun membayangkan acara malam ini seperti sekali-kali pergi ke bioskop bersama teman-teman. So, tujuan saya bukan melihat cowo tapi menonton PG. Hmm, Ervina bahkan mengirim saya pesan dengan tujuan mengajak saya pergi. Sepertinya ada tulisan di wajah saya, tidak berminat.

Kami pergi menggunakan beberapa motor yang berangkat berombongan menuju pondok Putera. Saya ikut dibonceng oleh Selvi. Sesampainya di sana, pembukaan oleh pimpinan pondok Ustadz Syahrudi Ramli sedang berlangsung. Panitia meberikan snack dan menujukkan tempat duduk untuk kami. Penonton yang merupakan santri Putera sudah memenuhi lapangan. Tapi bukan berarti tidak ada tempat kosong.

Yang paling menyenangkan adalah kembang api. Watashi wa hanabi ga suki desu! Saya mencoba mengirim SMS pada adik saya untuk pamer kembang api yang saya tonton. Sayang SMS gagal terkirim. Kemudian juga ada lampu yang menyorot ke arah langit dan bergerak dari kiri ke kanan. Walau pun tidak tahu apa fungsinya, saya suka melihatnya. Dekorasi panggung juga membuat saya kagum. Gambar background seperti nyata bangunan 3 dimensi walaupun sebenarnya hanya lukisan di atas triplek.

Panggung Gembira 626 di Ponpes Darul Hijrah Putera

Penampilan yang dipertontonkan bermacam-macam. Seperti paduan suara, sulap, kabaret, drama bahasa arab dan bahasa inggris, tarian, bela diri, dan lain-lain.

Sulap yang ditampilkan ada dua macam. Pertama menuangkan air teh dari botol ke dalam gelas. Begitu masuk ke dalam gelas, teh tersebut berubah menjadi air putih. Yang kedua adalah berdiri dan berbaring di atas pecahan beling tanpa terluka sedikit pun. Untuk sulap yang ke dua ini bukan kesukaan saya. Jujur saya agak ngeri melihatnya dan berpikir, sepertinya itu tidak perlu. Saya lebih meyukai sulap seperti yang pertama, sesuatu yang mengagumkan, yang magic, maho da!

Untuk kebaret, lucu seperti biasanya. Hanya mungkin di bagian ending, terlalu simpel untuk seorang koruptor menjadi insaf begitu saja.

Drama Bahasa Inggris menceritakan perjuangan bangsa Indonesia. Pilihan kata yang digunakan menurut saya bagus. Hanya saja, berhubung akhir-akhir ini saya menonton film barat dan mendengarkan cara mereka bicara dengan seksama, maka bahasa yang digunakan dalam drama ini terasa kurang biasa. Intonasinya agak lambat yang saya yakin dimaksudkan agar lebih mudah dimengerti, tapi mungkin saya hanya tidak terbiasa.

Untuk drama bahasa Arab, jujur saya sudah mengantuk. Jadi mendengarkan sambil memejamkan mata. Saya juga melarang otak saya untukmemikirkan arti kata-kata yang saya dengar. Karena saya benar-benar mengantuk. Walau pun telinga saya masih sayup-sayup mendengar ucapan Bahasa Jepang yang membuat saya terlonjak, namun tidak bisa mengikuti karena percakapan kembali berbahasa Arab.

Setelah mungkin hampir setengah jam tertidur di atas kursi, saya terbangun. Berhubung keadaan gelap dan tempat duduk laki-laki dan perempuan terpisah, saya bisa tidur seenaknya. Walaupun alasan tepatnya, saat mengantuk, saya tidak peduli tidur di mana saja.

Atikah yang duduk di sebelah saya mengatakan bahwa ada Maria dan teman-temannya yang menonton sambil duduk di belakang. Saat saya menoleh ke belakang, saya melihat teman-teman seangkatan saya, yaitu Soni, Tiara, Nelly, dan Maria. Tanpa berpikir panjang, saya pun langsung menghampiri mereka.

Rasanya menyenangkan bertemu dengan teman-teman yang sudah enam tahun tidak bersua. Walau pun kadang ada sedikit komunikasi lewat Facebook. Kami saling menanyakan kabar. Saya menceritakan bahwa sekarang saya mengabdi di pondok. Saya juga menceritakan keadaan kuliah saya. Mereka sangat menyayangkan dan memotivasi saya untuk menyelesaikan profesi. Apalagi Soni yang kini sudah menyelesaikan nurse.

Mereka juga menitipkan pondok kepada saya. Mereka berharap saya bisa membawa pondok minimal ke masa-masa kami dulu, dimana bahasa dan disiplin lebih baik. Saya pun berharap mereka bisa membantu, minimal lewat doa.

Sekitar pukul 12 kembang api kembali diluncurkan. Acara PG telah berakhir. Saya pamit dengan teman-teman dan kembali ke pondok darul hijrah puteri.