Saya adalah seorang guru baru di sebuah SMP swasta. Pertama kali bertemu dengan Anas adalah saat ia datang ke kantor administrasi karena ada urusan dengan Raudah. Sewaktu dia masuk, saya tidak begitu memperhatikan. Namun saat dia keluar, barulah saya sadar bahwa ada yang aneh dengan cara dia berjalan.

Saya bertanya pada teman saya perihal kakinya. Rupanya ia mengalami cacat pada kaki kanannya. Untuk berjalan, selama ini kaki kanannya ditopang oleh kayu. Namun Anas tidak ingin memperlihatkannya kepada orang lain sehingga ia selalu mengenakan celana panjang dan kaos kaki. Jika diperhatikan, jari-jari tangannya juga tidak normal, ukurannya kecil-kecil dan tidak sama.

Setelah pertemuan pertama kami, saya semakin sering berinteraksi dengan Anas. Dia adalah seseorang yang berpikiran dan wawasan luas. Kami banyak berdiskusi untuk mengembangkan pendidikaan di tempat kami mengajar. Kadang saya juga meminta saran dan bantuan padanya untuk beberapa hal.

Dari begitu banyak pergaulan kami, saya pun dapat menilai bahwa ia adalah orang yang tegar. Ia tidak mau memperlihatkan sedikitpun kekurangannya kepada orang lain. Ia juga penuh percaya diri dalam berinteraksi dan berhubungan sosial. Dengan begitu saya dan orang-orang di sekitarnya pun kadang tidak menyadari, bahwa dia adalah seseorang dengan disabilitas.

Suatu hari, para siswa mengadakan acara pentas seni di sekolah. Ia tidak segan-segan membantu para siswa tanpa diminta. Meskipun ia tidak banyak bekerja di lapangan, pekerjaan di belakang layar yang dilakukannya sangat baik. Ia memberikan bantuan berupa pemikiran. Berkat bantuannya, acara tersebut bisa berlangsung dengan sukses.