Wah, it is been a long time since a post my diary in this blog. I don't care that it is embarrasing. I only want to cry.

Mungkin sejak aku tahu bahwa dalam faraidh wanita itu cuma dapat separuh dari laki-laki, atau sejak aku sadar bahwa arrijalu qowwamuna 'alan nisa, aku ingin membuktikan pada ayahku bahwa beliau harus tetap bangga meskipun anak beliau perempuan semua.

Aku selalu bangga menjadi perempuan dan tidak pernah sedikit pun ingin menjadi laki-laki. Bahkan aku sangat suka dengan namaku yang berarti sebaik-baik perempuan, sehingga menjadi cita-cita yang harus ku capai. Tapi satu hal, aku tidak suka kalah terhadap laki-laki.

Meskipun aku kadang tidak malu terhadap tindakanku yang konyol dan tidak peduli dengan orang-orang di sekitarku, tapi kadang aku memiliki rasa gengsi yang tinggi. Aku tidak suka berdusta, tapi mengakui rasa sakit itu menambah luka di dada.


Aku adalah orang yang cengeng dan tidak malu menangis di hadapan siapa pun .Tapi mengaku kalah bukanlah pilihan. Mungkin bagi orang lain meneteskan air mata di hadapan orang lain adalah tanda kekalahan. Tapi meskipun air mataku menganak sungai, lidah ku tidak akan pernah mengaku.

Mungkin ini bukan sekedar masalah gengsi. Aku bukanlah orang yang suka berbohong. Bahkan jika aku tidak ingin mengakui sesuatu, aku lebih suka menggunakan permainan kata dengan arti terbuka. Karena kadang kata-kata yang terucap dari lidahku sendiri lebih menyakitkan hati.

Seperti kisah seekor rubah yang mengatakan bahwa anggur itu adalah buah yang masam dan tidak mau memakannya. Padahal kenyataannya ia tidak bisa menjangkau buah anggur yang tinggi.

Mengatakan aku tidak mau lebih melapangkan di dada dari pada mengatakan aku tidak mampu meraihnya. Mengakui rasa sakit, terasa lebih menyakitkan dari rasa sakit itu sendiri. Sehingga tilikan ku mungkin tidak pernah penuh sampai tilikan 6.

Tapi ekspresi tidak pernah bohong. Sehingga aku pun mengatakan "Ngga sakit kok, cuma pengen nangis aja", sambil menangis tersedu-sedu. Meski tidak sederas air mata yang mengiringi perjalanan ku seorang diri melewati Parung dari Bogor ke Ciputat dengan diiringi lirik Insya Allah dan mengatakan pada diriku sendiri Daijoubu. You'll find your way.

Sugite kita hibi zenbu de ima no atashi nan da yo
Kantan ni ikanai kara ikite yukeru