Saat saya sedang mengawas ujian, seorang siswa tidak hadir. Satu lembar soal fisika tergeletak di atas meja. Iseng, saya membacanya. Saya tidak bisa menjawab satu pun soal tersebut. Sudah lupa.

Berbeda dengan matematika yang masih saya ingat satu dua. Fisika ini sudah tidak saya ingat sama sekali. Meskipun saya yakin, jika membuka bukunya dan mempelajari sekali lagi rumusnya, saya pasti bisa menyelesaikannya. Sayangnya tidak ada minat.

Sebuah pemikiran menghampiri. Anak-anak SMA dituntut untuk bisa menyelesaikan soal tersebut. Menghapal rumus-rumus dan memahaminya. Dan saat dewasa, sebagian besar dari mereka akan melupakannya, seperti saya sekarang. Bahkan saya merasa soal fisika yang tertera di atas kertas tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap kehidupan saya sekarang. Saya tidak membutuhkannya. Lalu buat apa belajar mati-matian saat SMA.
Buat Apa Belajar Fisika

Tidaklah salah jika seorang anak SMA yang malas berkata, kami tidak butuh fisika yang menjelimet ini.

Mungkin pernyataan tersebut ada benarnya. Tapi mari kita kembali berpikir sejenak. Mengapa anak SMA diberikan berbagai macam ilmu yang kata mereka tidak berguna di masa depan? Karena kebanyakan anak SMA bahkan tidak tahu apa yang akan mereka lakukan di masa depan.

Jika mereka bisa lantang berkata, saya ingin menjadi Akuntan. Tentu mereka akan sekolah di jurusan IPS dan bukan IPA, sehingga tidak akan bertemu Fisika. Jika dia ingin menjadi dokter, maka belajar Biologi dan kimia lebih giat lagi. Dan tetap saja ada beberapa hal dari fisika yang harus mereka pahami. Dan seseorang yang ingin jadi ahli Fisika tentu belajar fisika lebih utama.

Kenyataannya, pernyataan fisika tidak berguna bagi masa depan hanyalah sebuah alasan pelarian. Mereka bahkan belum punya mimpi untuk diwujudkan di masa depan. Karena itulah berbagai ilmu dijejalkan di bangku SMA. Meskipun katanya pelajaran tersebut nantinya tidak akan digunakan. Sebenarnya masa SMA adalah masa berlatih dan pengembangan.

Otak manusia berbeda dengan mesin buatan manusia. Jika mesin terlalu sering digunakan, dia akan rusak. Tapi otak manusia jika tidak digunakan dia akan tumpul.

Masa sekolah adalah masa untuk mengasah kemampuan otak, belajar membaca, menghitung, menghapal, memahami dan menganalisis berbagai hal. Jika dalam proses tersebut anak menemukan mimpinya, tentu akan lebih baik dengan fokus mengembangkan mimpinya tersebut. Namun jika tidak, maka anak harus mau berkutat dengan berbagai hal yang tidak fokus.

Sebenarnya tidak ada kewajiban untuk menguasai berbagai hal secara sempurna. Memenuhi standar minimal sudah cukup. Hanya saja standar minimal tersebut setiap tahun semakin tinggi. Tujuannya mungkin untuk meningkatkan standar pendidikan. Namun karena berbagai kemampuan anak yang tidak sama kadang menimbulkan beban tersendiri. Beberapa menjadikannya sebagai motivasi yang baik. Beberapa yang lain malah mengambil jalan pintas dan terjadilah berbagai kecurangan dan ketidakjujuran.

Kembali pada pertanyaan awal, buat apa belajar fisika? Bagi seseorang yang tidak memiliki minat untuk menjadi fisikawan, mungkin salah satu alasan belajar fisika adalah untuk menunaikan kewajiban sekolah. Setidaknya, saya tidak akan curang saat ujian hanya karena takut memperoleh nilai jelek. Saat sekolah, itulah salah satu guna belajar fisika buat saya.