Jam Kosong dan Guru Piket
Saya teringat salah satu adegan dalam novel yang pernah saya baca. Seorang ayah pertanya kepada anaknya, mata pelajaran apa yang paling dia sukai. Sambil berbisik sang anak meminta ayahnya agar tidak memberi tahu ibunya, mata pelajaran yang paling dia sukai adalah jam kosong. Keduanya pun lalu tertawa bersama-sama.
Apa yang dirasakan oleh anak tersebut sepertinya sama dengan apa yang dirasakan oleh kebanyakan siswa lainnya. Mata pelajaran yang paling disukai adalah jam kosong.
Sebagai seorang guru, saya memiliki perasaan yang bertolak belakang dengan siswa. Mata pelajaran yang paling tidak saya sukai adalah jam kosong, terutama hari Selasa. Karena hari Selasa saya mendapat giliran menjadi guru piket.
Di tempat saya bekerja sebagai guru, terdapat jadwal guru piket. Tugas guru piket adalah menggantikan guru lain yang berhalangan masuk. Biasanya guru yang berhalangan masuk meninggalkan tugas untuk dikerjakan para siswa. Tugas guru piket adalah menyampaikannya pada siswa dan memastikan siswa mengerjakan tugas tersebut.
Ada kalanya guru yang berhalangan hadir tidak meninggalkan tugas apapun. Agar kelas tidak ada yang kosong, guru piket tetap harus masuk di kelas tersebut. Setiap guru piket bebas mengisi sesuai dengan kemampuannya. Beberapa guru lebih senang mengajak siswa ke perpustakaan untuk membaca buku.
Jika dalam satu hari ada banyak jam kosong, maka jadwal guru piket hari itu lebih padat dari jadwal guru yang cuma mengajar. Dan itu melelahkan. Oleh karenanya, saya tidak suka jam kosong.
4 Komentar
Hahahaha... sudut pandang yang berbeda yah. Terus terang saya juga suka yang namanya jam kosong
BalasHapusIya, Pak. Ketika berbeda posisi, maka sudut pandang pun berbeda. Dulu saya juga suka jam kosong, hehe.
HapusDalam Jam yang kosong Ada tanggungjawab yang besar...
BalasHapusBukan hanya tanggung jawab guru piket, tapi tanggung jawab sekolah ini.
Hapus