Dalam Setiap Pertemuan, Ada Perpisahan
Siang ini proses belajar mengajar di kelas saya terganggu. Karena salah seorang siswa harus pindah sekolah.
Menurut temannya, sebenarnya siswa tersebut tidak mau pindah. Tapi karena ia sering sakit-sakitan, kedua orang tuanya yang khawatir memutuskan agar ia pindah ke sekolah yang lebih dekat dengan rumah mereka.
Meskipun belum genap satu semester mereka saling mengenal, teman-temannya banyak yang sedih dengan kepergiannya. Dan layaknya anak perempuan lainnya, banyak yang bercucuran air mata.
Sebagai wali kelas, saya membiarkan saja mereka bertangisan di dalam kelas. Kebetulan saat itu sudah jam pelajaran terakhir. Asal mereka tidak mengganggu kelas lain.
Dibandingkan dengan kelas lain, kelas kami adalah kelas yang siswanya paling awet. Tidak ada siswa yang pindah sejak tahun ajaran baru. Oleh karena itu, saat seseorang akhirnya pindah, rasanya sangat menyedihkan bagi mereka.
Dulu, sewaktu jadi siswa seperti mereka saya dan kawan-kawan pun bertangisan jika ada teman kami yang pindah. Selanjutnya, pasti rasa ingin pindah juga muncul di hati beberapa siswa yang lain. Seperti penyakit menular saja.
Setelah menjadi guru dan wali kelas, saya sudah biasa menghadapi siswa yang pindah. Saya percaya, ketika orangtua memutuskan untuk memindahkan anaknya untuk belajar di sekolah lain, bagi mereka itu adalah keputusan terbaik yang mereka buat untuk anaknya. Maka saya pun hanya bisa mendukung dan mendoakan siswa yang pindah tersebut.
Adapun untuk siswa yang bertahan di sekolah ini, saya lebih mendukungnya lagi. Karena saya juga alumni sekolah ini.
Teruntuk untuk siswa yang memutuskan untuk pergi, ingin saya sampaikan sebuah kutipan kata-kata bijak dari Imam Syafi'i.
ُسَافِرْ تَجِدْ عِوَضًا عَمَّنْ تُفَارِقُه
ِوَانْصَبْ فَإِنَّ لَذِيْذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَب
Pergilah, niscaya kamu akan menemukan pengganti orang-orang yang kamu tinggalkan.
Kemudian bekerjakeraslah, karena sesungguhnya kenikmatan hidup ada sesudah kesukaran.
4 Komentar
Saya pernah menjadi guru di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar dan salah satu hal yang paling berat bagi saya adalah ketika melihat murid-murid saya pergi.
BalasHapusSetelah satu semester atau satu tahun mengajar mereka, ada ikatan tersendiri. Apalagi karena kebetulan saya suka menempatkan mereka sebagai teman dan adik, dibandingkan sekedar murid saja.
Saat ini banyak murid saya dulu, sekarang sudah menjadi orang sukses tetapi mereka masih mengingat saya hingga sekarang. Beberapa menemukan saya via blog Lovely Bogor.
Ada rasa senang karena mereka sudah jadi orang sukses dalam hidupnya dan bahagia ketika tahu ada mereka-mereka yang masih mengingat kita.
Dari sini saya belajar, perpisahan bukan berarti sebuah hal yang buruk. Itu hanyalah sebuah siklus kehidupan. Yang terpenting adalah bagaimana menikmati waktu yang tersedia untuk membangun kenangan bersama sehingga di kemudian hari kita bisa mengingatnya sambil tersenyum dan tertawa
Saya jadi teringat lirik lagu Ikimonogatari,
HapusSayonara wa kanashii kotoba ja nai.
Sorezore no yume e to bokura wo tsunagu yell
Yah tetap saja rasa sedih itu pasti hadir .. hikkss... hikks... dan masalahnya kalau dalam mimpi nggak bisa ngobrol krn kalau di dalam mimpi semuanya diem...
BalasHapusRupanya fasih juga berbahasa Jepang ya Nisa.. jempol dah...
Haha, ngga kok, Pak. Kebetulan suka sama lagu tersebut.
Hapus