Beberapa tahun lalu sejak cicilan sepeda motor sudah lunas, saya memulai kebiasaan lain terhadap uang gaji sebagai guru yang saya terima. Setiap bulan saya menyisihkan dan memberikannya satu lembar untuk masing-masing ayah dan ibu saya.

Awalnya saya merasa risih juga. Karena sebagai guru swasta, gaji yang saya terima tidaklah banyak. Tentu saja gaji Abah yang guru PNS jauh lebih banyak dari pada saya. Meski pun begitu mereka berdua tetap menerima pemberian saya.

Setelah Abah meninggal, mama pun bercerita. Bahwa uang yang biasa saya berikan untuk Abah disimpan beliau dengan baik. Setelah terkumpul dalam jumlah tertentu beliau pun membeli kain sarung dengan uang tersebut dan menggunakannya.

Meskipun tak pernah diucapkan, saya sadar, bahwa Abah senang dengan pemberian yang saya berikan. Bukan tentang jumlahnya. Tapi tentang niat saya sebagai anak untuk memberi kepada orangtua itulah yang bernilai.

Maka setelah Abah tiada, saya pun meneruskan kebiasaan tersebut meski hanya kepada ibu saya.

Uang memang bukan segalanya. Dan saya yakin orangtua tak pernah mengharapkan dari anaknya. Ini hanyalah salah satu diantara wujud kecil hal yang bisa saya lakukan. Selain bentuk pengabdian yang lain untuk mereka.

Saya belum menjadi orangtua. Setidaknya sekarang saya ingin menjadi anak yang bisa membahagiakan orangtua.