Selamat Tinggal Aichan, My Lovely Cat
Sejak pagi kemarin, Aichan tidak datang ke rumah. Kami heran juga kenapa dia tidak datang. Malam sebelumnya dia memang tidak tidur di dalam rumah. Tapi sebelum-sebelumnya juga sering tidur di luar. Namunn pagi itu dia tidak ada. Biasanya sudah mengeong kelaparan. Mungkin dia sedang ke tempat lain.
Sore hari, sepulang dari sekolah saya disibukkan dengan kegiatan lain. Tapi sepat mendengar tentang Aichan yang tidak terlihat. Bahkan saat makan malam, hanya ada si Mehew. Aichan, entah dimana keberadaannya.
"Mungkin Aichan mati." kata Adik saya dengan ringan sekali.
Kakak saya langsung menegur kerena perkataan bisa menjadi doa. Dalam hati, saya pun sebal mendengar pernyataan adik saya tersebut. Dia bahkan masih bisa menambahkan bahwa semuanya kelak memang pasti akan mati. Pernyataannya memang benar, tapi tidak harus diucapkan pada keadaan seperti ini.
Malam hari, saya dan kakak ke rumah paman karena ada ada acara bawa shalawat bersama. Di dapur, kami ngobrol bersama Bibi. Maka beliau pun bercerita, ada seekor kucing yang telah ditabrak mobil pagi tadi dan warnanya sama dengan kucing kami.
Saya tidak perlu berpikir lama, bahwa kucing tersebut pasti Aichan yang tak kunjung datang.
Rasanya kaget dan dada sesak. Tanpa bisa ditahan, saya pun menangis. Tentu saja menangis tanpa suara sambil menutup wajah. Karena saya tidak mau sampai kedengaran oleh orang yang ada di ruang tengah.
Ini pertama kalinya saya menangis ketika kehilangan seekor kucing. Mungkin karena Aichan adalah kucing yang kami rawat sejak masih kecil. Kami sangat menyanginya karena bulunya yang unik dan sikapnya yang manja. Tiada hari tanpa memperhatikan perkembangannya.
Setelah Aichan melahirkan, kami semakin memperhatikannya. Apalagi semenjak Kuroko menghilang. Setiap malam saya pastikan Aichan makan agar bisa menyusui dengan tenang.
Kini Kuroka dan Kuroki sudah mulai bisa berjalan. Namun mereka masih membutuhkan Aichan untuk minum susunya. Sayang kini Aichan telah tiada. Tugas kami lah memperhatikan makanan mereka.
Saya memang menangis, tapi tidak lama. Saya sadar semua yang bernyawa pasti mati, termasuk binatang. Saya sudah mengikhlaskannya. Aichan sudah kehabisan perannya di dunia. Hal itu juga akan berlaku untuk kita semua.
2 Komentar
Yah turut berduka ya Nisa.. Saya dan si kribo kecil juga beberapa kali merasa sedih karena kehilangan kucing. Resiko memelihara adalah harus bersiap kehilangan.
BalasHapusDulu si kribo kecil nggak berhenti menangis saat kucingnya mati karena tertabrak juga.
Memang harus diterima karena ada pertemuan pasti ada perpisahan.
Iya, Pak. Kali ini saya harus merelakan perpisahan dengan Aichan @-)
Hapus