Setenang Air Danau Binuang

Dalam salah satu mahfudzat kesukaan saya, Imam Syafi'i menyebutkan:

إِنِّيْ رَأَيْتُ وُقُوْفَ الْمَاءِ يُفْسِدُهُ # إِنْ سَالَ طَابَ وَ إِنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبْ

Artinya :

Sesungguhnya aku melihat bahwa diamnya air itu merusak.
Jika ia mengalir, maka bagusnya ia, dan jika ia tidak mengalir maka rusaklah ia.

Namun sepertinya pernyataan tersebut tidak sesuai dengan air danau yang kami datangi kali ini.

Airnya yang tenang dan tidak mengalir tidak serta-merta menjadikan ia jelek. Justru ketenangannya bisa merefleksikan pemandangan langit dengan indah sekali.

Mungkin hal ini karena dipengaruhi oleh luasnya air yang berkumpul. Ditambah dengan kedalamannya yang tidak bisa ditebak.

Ada tulisan dilarang berenang di dekat danau ini. Karena danau ini dulunya adalah lokasi tambang yang sudah tidak terpakai. Lubang besar yang menganga kemudian diisi oleh air hujan sekian tahun menjadi penyebab terciptanya danau ini.


Tidak ada rencana khusus untuk berkunjung. Kebetulan saja kami melewati jalan alternatif yang biasa dilewati oleh truk batu bara karena ada pengalihan jalan menuju kota Rantau.

Sekumpulan orang yang singgah membuat kami penasaran untuk berhenti dan singgah pula. Tanpa disangka kami disuguhi pemandangan yang indah.

Tidak ada tempat parkir khusus. Tak ada orang berjualan. Hanya sebuah tanah lapang disamping tebing yang menghadap danau. Siapapun boleh singgah, rehat, berfoto, kemudian pulang.


Maka kami pun melakukan hal yang sama.

Berhenti sejenak, seperti air danau yang tenang dan merefleksikan lukisan langit.

Lokasi : Unknown Road, Binuang, Kalimantan Selatan