Saat ruangan kelas dibangun, saya kurang tahu siapa yang menentukan desainnya. Apakah kontraktor, tukang, atau permintaan sekolah. Hanya saja saya lihat, ada bangunan kelas dimana dindingnya bisa dibuka dan menyatukan beberapa ruangan. Bisa dijadikan sebagai pengganti aula untuk beberapa kegiatan tertentu.

Sewaktu saya masih SD, ruang kelas kami dindingnya bisa dibuka sebagian. Bagian tengah sampai atas bisa dibuka, sedangkan bagian bawahnya masih disekat. Saat ada acara di sekolah, sekat antar kelas ini dibuka. Maka siswa di kelas ujung tetap bisa melihat pembicara di ruang kelas lainnya. Hanya saja, untuk pergi dan berpindah ke ruang kelas lain, tetap harus lewat pintu.

Di sekolah saya mengajar sekarang, ada beberapa macam bangunan kelas. Ada yang sekatnya bisa dibuka, ada pula yang menggunakan dinding beton permanen. Untuk melaksanakan beberapa agenda yang melibatkan banyak siswa, biasanya menggunakan ruang kelas yang sekatnya bisa dibuka.

Berbeda dengan sekat ruang kelas di SD saya dulu, sekat ruang kelas si tempat saya mengajar bisa dibuka sepenuhnya. Empat ruang kelas bisa bergabung menjadi satu ruangan yang luas dan panjang, bisa digunakan untuk pengganti aula.

Tentu saja kami juga memiliki aula, tapi kapasitasnya juga terbatas dan penggunaannya sesuai kebutuhan.

Selain kemudahan ruang kelas yang bisa digabung, kelas dengan sekat bisa dibuka juga ada kekurangannya. Karena dindingnya sekat terbuat dari papan, suara kelas yang ribut jelas terdengar di ruang kelas sebelahnya. Kadang ada siswa yang suka masuk ke kelas lain melalui celah sekat tanpa harus keluar kelas melewati pintu.

Desain kelas dengan penghubung ataupun tidak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Saya sebagai pengguna cukup menerima. Alhamdulillah kami masih punya ruangan untuk belajar.