ujian
Ujian adalah bagian dari kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami ujian. Ada ujian sekolah, tes masuk kuliah, ujian cpns, atau pun ujian lainnya yang terlihat oleh mata.

Ada pula ujian berupa musibah, kehilangan, perpisahan, maupun duka cita. Bahkan harta, anak, dan nikmat lainnya pun bisa menjadi bagian dari ujian.

Ujian adalah salah satu cara untuk menilai seseorang. Orang yang bisa melewati ujian dengan baik dan dinyatakan lulus dalam ujian akan diletakkan di tempat yang lebih tinggi.

Maka yang terpenting bagi kita adalah bagaimana cara menyikapi ujian tersebut. Kita tak bisa lari dari ujian. Jalan terbaik adalah dengan menghadapinya bersungguh-sungguh. Semoga kita semua lulus dalam ujian dan berada di tingkat yang lebih baik.

Berbicara soal ujian, ada beberapa ujian yang pernah saya lewati dan cukup berkesan untuk masih diingat hingga saat ini.

Ujian perrtama yaitu EBTANAS. Pas zaman saya SD dulu, ujian akhir namanya EBTANAS. Kepanjangannya adalah Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional. 

EBTANAS waktu itu diselenggarakan di SD sebelah. Jadi para siswa kelas 6 di sekolah kami pergi ke SD lain untuk mengikuti EBTANAS. Jika biasanya saya hanya perlu jalan kaki selama 5 menit menuju sekolah, maka kali ini saya harus berjalan sekitar 15 menit. Belum lagi ujian harus masuk pagi. Untungnya ujian cuma tiga hari.

Diantara sekian banyak soal yang harus saya jawab pada waktu itu, ada satu soal yang masih saya ingat sampai sekarang.

Soal tersebut menanyakan lambang partai PPP. Soal dengan jawaban pilihan ganda : bintang, rantai, beringin, dan banteng. Padahal jelas-jelas lambang partai PPP adalah ka'bah, jadi harus pilih mana.

Tahun itu memang masih masa peralihan. Banyak partai baru bermunculan. Partai lama berganti lambang. Rupanya soal tersebut masih mengacu pada masa hanya ada tiga partai dalam pemilu.

Ujian kedua yang masih saya ingat adalah saat ulangan pelajaran Hadits kelas 1 Tsanawiyah. Ada satu pertanyaan mengenai ayat Al Quran dimana saya tidak ingat jawabannya.

Entah setan mana yang membisiki saya waktu itu, saya mencontek jawabannya dengan membuka buku. Kebetulan saya duduk di belakang dan tidak ada yang melihat.

Setelah nilai dibagi, saya meraih nilai tertinggi dan sempurna, 10. Tapi tak ada kebanggaan sedikit pun pada diri saya. Kenapa saya harus berbuat curang. Toh jika jawaban saya salah pada satu nomor tersebut, saya akan mendapat nilai 9. Nilai 9 yang tentu sangat membanggakan.

Sejak saat itu, saya tak pernah mencontek lagi saat ujian. Baik itu mencontek dari buku, ataupun dari teman. Ujian bukan sekedar mendapatkan nilai yang baik, tapi juga ujian kejujuran.

Kedua ujian di atas adalah ujian dalam hal yang nampak dimana saya harus menjawab soal. Adapun ujian dalam kehidupan, saya pernah mengalami masa terpuruk tahun 2010, dan berhasil melewatinya tahun 2012. Sudah lebih dari sepuluh tahun, saya sudah bisa tersenyum mengenangnya. Walau mungkin bisa nangis juga kalo lagi badmood.

Sayang untuk ujian yang satu ini, saya belum punya cara yang tepat untuk menuliskannya.